Gambar Sampul Bahasa Indonesia · d_Bab 4 Peristiwa
Bahasa Indonesia · d_Bab 4 Peristiwa
Indrawati

22/08/2021 08:52:01

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pada pembelajaran sebelumnya Anda sudah belajar mengenai komponen

kesastraan dalam teks drama. Anda tentu masih ingat, bukan? Nah, pada

pembelajaran kali ini kita akan melanjutkan pembahasan mengenai drama, yaitu

menyangkut teknik pementasan drama. Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan

teknik pementasan drama? Hal-hal yang berkaitan dengan teknik pementasan

drama, di antaranya teknik vokal, bentuk pementasan, dan kostum. Dapatkah

Anda menyebutkan hal-hal lain yang berhubungan dengan pementasan drama?

Sebutkanlah!

Pilihlah 4 orang temanmu untuk mementaskan drama berikut ini! Siswa lain yang

tidak terlibat pementasan menyimak pementasan dan menganalisis karakter para

tokoh dalam drama berikut ini!

4

B

A

B

PERISTIWA

A. Menganalisis Pementasan Drama

Tujuan Pembelajaran

Pada subab ini, Anda akan

menganalisis pementasan

drama berdasarkan teknik

pementasan.

Setelah mempelajari subbab

ini, Anda diharapkan dapat

menceritakan isi drama,

membahas unsur-unsur

drama (tema, penokohan,

kon

fl

ik, dialog), dan

membahas kekhasan

(bentuk pementasan,

dialog/dialek, kostum, adat,

alur, dan lain-lain).

andekala.blogspot.com

Gambar: Pementasan Drama.

52

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Orang Asing

(Drama Satu Babak)

Judul Asli :

Lithuania

Karya : Rupert Brook

Saduran

:

D. Djajakusuma

Interior sebuah rumah kampung di daerah Bumiayu;

sebuah meja di tengah. Di sebelah kiri meja

menghadap ke samping, duduk orang asing sedang

menghabiskan makannya. Gadis duduk di depan

dapur membelakangi publik, sebentar-sebentar

menengok ke arah orang asing. Ibu mondar-mandir

membawa piring-piring makanan. Sebuah lampu ada

di atas meja

.

Pelaku

1. Orang asing kira-kira berumur 27 tahun,

pakaiannya mahal dan bersih.

2. Ibu, kira-kira berumur 45 tahun, tingginya

sedang, agak bungkuk karena bekerja keras.

3. Gadis, menginjak dewasa, badannya kuat.

Orang asing : (

mendorong kursinya ke belakang

dan menghabiskan munumannya

)

”Enak, enak sekali. Sungguh aku

rasa, baiklah aku mengaso sekarang.

Aku capek sekali habis jalan kaki

lewat hutan-hutan itu.

Alhamdulillah

,

aku mujur sekali menemukan rumah

ini.”

Ibu : “ J i k a N

doro mau menunggu

sebentar, suami saya segera datang

dari ladang.”

Orang asing : (

berdiri

) “Apakah tidak takut sendiri

di rumah terpencil ini, hanya dua

perempuan, malam-malam seperti

ini ....”

Ibu

: Apa yang akan kami takutkan? Apa

yang akan dirampok dari kami. Dan

siapalah yang mau dengan saya?

Sinah akan menghajar mereka. Ia

lebih kuat dari kebanyakan lelaki.”

Orang asing : (

membungkuk dengan perasaan tidak

enak

)

“Anak ibu tegap badannya”

Ibu

: “Dia kuat. Dia harus bekerja di

ladang dengan ayahnya.”

Orang asing : “Ah, saya kira berat, untuk

mengurus segalanya hanya dengan

seorang lelaki dalam keluarga atau

... (

jelas

) Ibu punya anak laki-laki

tentunya (

menyindir

)

Ibu :

“Tidak, dulu ada seorang. Ia

minggat waktu berumur tiga belas

tahun.”

Orang asing : (

dengan tertawa kecil, sopan agak

gugup

) “Sayang. Aku sangka

wanita ingin ada orang yang akan

melindunginya. Dan kini sebagai

seorang ibu, Ibu tentunya akan

menerima kembali anak itu bila ia

pulang ke rumah untuk menolong

Ibu di hari tua?”

Ibu : “(

ragu-ragu

) Ah, saya tidak tahu

....”

Gadis

: “Ia tenggelam.” (

jengkel

)

Orang asing : “O, maaf. Tapi suami ibu selalu

tinggalkan Ibu seorang diri....”

Terdengar suara Bapak dari jarak

agak jauh

Ibu

: Itu, dia. Biar saya s

ongsong, silakan

Ndoro tunggu sebentar. Sebaiknya

Ndoro bertemu dia sebelum pergi

tidur.” (Ibu keluar)

Orang asing : (

jalan agak kaku mendekati gadis

)

“Aku kira seorang gadis muda dan

manis seperti kau kadang-kadang

tentu merasa jemu hidup bekerja

terus-menerus di tempat seram

seperti ini ... meski indah sekalipun

...”

Gadis

: (

setengah pada diri sendiri

) “Saya

punya kegembiraan sendiri.”

Orang asing : “Enak di kota besar. Jalan-

jalan terang benderang dan sibuk.

Darahmu akan mengalir lebuh

cepat. Sayang sekali kau tak akan

tahu. Tak sadarkah , kau hanya akan

jadi kasar dan tua di sini. Tiap hari

akan makin kaku dan bodoh, kerja-

53

Bab 4

Peristiwa

kerja, kerja, kemudian kau akan

seperti ibumu yang akhirnya kerdil

dan jelek kemudian mati. Nah, apa

katamu (

tertawa sedikit, histeris

)

bila mendadak datang seorang

satria (

melihat kepada gadis

) dan

berjanji akan membawa kau ke kota

besar dan memperlihatkan segala

sesuatu kepadamu ... membelikan

pakaian dan perhiasan ... dan

memberikan padamu segala yang

terbaik, seperti seorang putri ....”

Gadis : (

berdiri cepat dan berjalan menuju

orang asing agak pincang

) “Aku

pincang, digigit anjing. Ndoro

ingin lihat? (

Dia angkat kainnya

dan menunjukkan tempat di

bawah lutut

.) Apakah kaki seorang

putri seperti ini? Lihat bekas ini

(

memperlihatkan tangannya

).

Gara-gara sebuah paku besar.”

(

Lutut kiri orang asing dipijat

dengan tangannya dan menengok

ke atas, senyum sedikit

)

(

Orang asing teriak sedikit dan

melangkah agak kaget

).

Gadis

: Pernah Ndoro rasakan tangan

seorang putri seperti ini? (

Diam

sejenak, gadis jalan menuju ke

pintu sebelah kiri, lalu masuk

.)

Orang asing duduk, tangan di

kakinya. Masuk ayah dan Ibu. Ayah

ini sedang tingginya,

umurnya

kira-kira 49 tahun. Kuat badannya,

rambutnya yang hitam mulai

memutih. Dia periang, berwatak

keras, tapi lemah menghadapi

persoalan

.

Ibu : “Ini su

ami saya.” (Orang asing

menghampiri Ayah, agak

nervous)

Orang asing : “Apa Bapak tuan rumah di sini?

Apa kabar, Pak? Istri Bapak sangat

baik membolehkan aku tidur di sini.

Aku tersesat dan kemalaman. Tapi

aku sangat beruntung menemukan

rumah ini.”

Ayah

: “Bagaimana Ndoro sampai dalam

hutan dengan pakaian seperti itu?”

Orang asing : (

agak bingung

) “Aku kesasar aku

coba-coba jalan kaki ke Bumiayu.

Hari sangat cerah... aku suka

betul jalan kaki dan kebetulan aku

mengelilingi kota kecil daerah

ini, ada ... urusan .... Ya, urusan

pemerintah.”

Ayah

: “Bumiayu? Ndoro terlalu nyasar

dari jalan besar. Ndoro tentunya

sangat lelah. Apalagi dengan kopor

itu, Ndoro mungkin nanti bisa

dirampok.”

Orang asing : (

membuka kopornya

) “Ah, tak banyak

isi kopor ini, hanya kertas-kertas

saja. (

riang

) Tetapi banyak bawa

uang. (

mengeluarkan uang

) Lihat

banyak uang. Dengan ini saya bisa

beli rumah sepuluh kali sebesar ini

lengkap dengan isinya. Aku berani

bertaruh kalian belum pernah lihat

uang begitu banyak di atas meja.”

(

ia mengeluarkan uang lagi, ketawa

histeris dan minum tuaknya

)

Ayah

: (

tercengang memandang orang

asing

) “Tidak, Ndoro memang

belum pernah.” (

Hening sejenak. Ibu

jalan ke dapur

)

Ibu

: “Tidak aman jalan dalam hutan

membawa semua itu.”

Orang asing : “Tidak ada seorang manusia

aku jumpai hari ini. Atau sebuah

rumah. Inilah rumah pertama yang

aku temui. Aku langsung menuju

kemari, dari hutan sebelah barat

sana. Aku gembira melihat ada

lampu menyala.”

Hening sejenak. Gadis datang lagi

diam-diam dan duduk sementara itu

orang asing bicar

a.

Orang asing : “Sangat sunyi dan mengerikan di

sini; aku kira orang bisa jadi gila

karenanya ... mendengar angin

bertiup di hutan kayu, menyaksikan

malam mendatang, berbulan-bulan

54

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

begitu. (

membalik lihat orang-

orang

) Aku bilang terus terang, aku

mulai tak enak berjalan sendiri di

hutan sehari suntuk, di antara pohon-

pohon itu.”

Ayah

: “Di sebelah sana, di lembah ada

beberapa rumah kira-kira tiga menit

dari sini. Ndoro tentu tak lewat sana,

ya, di sana banyak orang.”

Ibu (

menyiapkan makanan lagi

) “Dia

barangkali memang mau ke sana.”

Ayah

: “Banyak pekerjaan di ladang-

ladang.”

Orang asing : ”Tetapi di musim hujhan keadaan

lebih sukar, bukan?”

Ayah

: “Ya, musim hujan memang sudah

dekat.”

Orang asing : ”Saya pikir kalian tentu akan senang

sesudah menabung barang sedikit

lalu pergi dari sini dan hidup di

kota.”

Ayah

: “Itu akan terjadi bila kambing bandot

meneteki anaknya atau bila ada

rezeki jatuh dari langit di depan si

miskin.”

Ibu : ”Pak!!” (

memarahi suaminya

)

Ayah

: “Kita hampir tak dapat hidup dari

tanah ini.” (

pause

)

Orang asing : “Aduh capek benar aku jalan kaki

dalam hutan itu. Baiknya aku tidur

saja sudah jauh malam tentunya.”

Ayah

: “Kira-kira jam delapan lewat.”

Orang-orang : (

tertawa

) “Tentu Bapak tak punya

arloji. (

diam sejenak kemudian

tertawa keras

) Tentu tak tahu jam

berapa mesti pergi tidur. Akan aku

pinjamkan arlojiku utuk semalam.

Ya (Jam dikeluarkan dari sakunya

0 lihat. Emas betul emas seluruh

nya. Aku akan gantungkan di sana

di dinding itu. Aku bertaruh kalian

belum pernah lihat arloji meas

bergantung di dindingmu, bukan?

Gadis di belakangnya memandang

ibu, Ibu pada Gadis, Ayah memadang

satu per satu, lalu mengetuk-ngetuk

meja (

pause

)

Ibu : (

mengangkat lampu

) “Boleh saya

mengantar Ndoro ke kamar?”

Orang asing : ”Tentu, aku benar-benar harus tidur

(

menengok ke arah arloji

) Nah

coba lihat (

menghampiri Gadis

).

Selamat malam, Dik (

Gadis berdiri

kaku dan membungkuk

). Selamat

malam (

pada Bapak

). Aku takut

sebagian besar dari makanan Bapak

telah kuhabiskan. Aku minta maaf.

Tapi akan kuganti. Kalian tak akan

menyesal berbaik budi kepadaku.”

(

Menghampiri Ayah seperti mau

bersalam.Ragu-ragu lalu mengikuti

Ibu ke pintu kanan.

)

Ayah : (

Pada orang asing

) “Ah, makian

orang miskin. Tapi saya senang

sebab Ndoro suka (

di depan pintu

)

Kamarnya sangat jelek. Kami tidur

sebelah kanan. Ndoro tak usah

takut akan terganggu kami.”

(

Gadis berdiri dekat api, ayah

duduk makan di ujung meja.

)

Ayah : (

sambil makan

) “Kau selalu bicara

tentang laki-laki. Itu ada seorang

buat kau. Kenapa kau diam saja.

Dia perhatikan kau dan mabuk.”

Gadis : (

membawa lauk pauk

) “Laki-laki

lemah, tangannya kaya perempuan,

laki-laki jelek begitu.”

Ayah

: “Kau takut. Kau memang selalu

takut.”

Gadis

: “Dia bukan laki-laki. Dia banci,

kecil begitu lemah dan cerewet

seperti Bapak.”

Ayah mendekati Gadis, tangkap Gadis pada

lengannya dengan keras. Sendok di tangan Gadis

jatuh ke tanah. Gadis meronta melepaskan tangannya

dan pukul tangan Ayah dengan mengeraskan

suaranya.

Gadis menuju ke depan dan duduk. Ibu datang bawa

lampu di meja dan dimatikannya.

Ibu

: Apa yang kaubawa dari hutan?”

Ayah

: ”Tidak bawa apa-apa. Hutan

terkutuk. Tak ada binatang tak

ada burung (

semua diam mati, lalu

55

Bab 4

Peristiwa

ibu duduk di sebelah ayah

) Kita

tak punya apa-apa bagaimana jika

nanti hujan mulai datang.”

Ayah

: “Aku lapar. Tak pernah cukup

makan di rumah setan ini. Tak bisa

kita hidup dari tanah ini.”

Ibu :

“Telah kuberikan makanan

padanya. Aku tahu dia kaya,

kita akan dapat persen dari dia,

cukup buat makan delapan hari,

mungkin.”

Ayah : “Lalu?”

Ibu

: “Kita sampai sekarang masih bisa

hidup.”

Ayah : (

berdiri marah

) “Aku sudah bosan

di sini. Akun pergi ke kota. Di

sana ada duit. Buat apa aku tinggal

di sini cari makan buat kamu

berduaan dan aku sendiri. Aku akan

pergi sendiri (

melihat arloji

) Lihat

itu. Mengapa dia harus punyai itu,

sedang kita mati kelaparan? Kita

akan hidup setahun dengan barang

itu. Dari mana dia dapat barang itu?

Siapa dia sebenarnya? Mengapa

dia bicara seperti itu?”

Ibu : “Dia ma

buk sedikit. Dia orang

kaya.”

Ayah

: “Dia gila kataku. Siapa pernah

mendengar orang jalan di hutan

karena suka kalau tidak karena

gila. Dengan pakaian mentereng,

membawa kopor lahi. Tak ada

orang yang lihat dia datang

kemari.

Ibu

: “Dia tidak gila, tetapi aneh. Ada

yang membikin dia gila. Buat

apa dia datang kemari. Uang itu

semuanya, caranya dia ngomong.

Kaukira semua itu dia punya?”

Ibu dan Gadis memandang sebentar,

menggerakkan kepalanya.

Ibu

: “Jika bukan kepunyaannya ....”

Ayah

: “Dia seperti maling. Lagak lagunya

seperti maling. Barangkali dia

mencuri. Dia lari, sembunyi, sebab

itu dia datang kemari.”

Gadis

: “Tak seorang pun tahu kalau dia ke

sini.”

Ibu

: “Kalau dia maling, kita akan dapat

hadiah melaporkan dia.”

Ayah

: (

mengambil arloji

)”Barang emas ini

dan uang itu. Apa haknya barang ini

mungkin banyak orang kelaparan

karena dia mencuri. Dia kaya karena

maling.”

Gadis

: “Dia kate, kecil, dan lemah.”

Ayah : (

bersandar dekat meja

) “Aku

bekerja, pelihara kamu berdua.

Bekerja sekuat tenaga dan aku akan

mati kelaparan. Tapi dia maling, dia

seorang diri dan dia punya banyak

uang. Apa itu akan dibiarkan?”

Ibu

: ”Pak!!”

Pause

Ayah : (

Seperti tak suka dan makin keras

)

“Kita sama-sama punya hak apa

artinya uang buat orang buruan

seorang diri, seperti dia.”

Ibu

: “Hessstt... dia nanti bangun.”

Ayah : (

kurang keras

) “Peduli apa kalau dia

dengar.”

Gadis

: ”Dia tidur nyenyak. Terlalu capek.”

(

Cahaya lampu berkurang

)

Pause

Ayah

: “Mengapa kaupandang aku?”

Ibu

: (

memeras tangannya mendekati

dapur

) “Kita akan kelaparan di

musim hujan nanti.”

Ayah : (

gemetar

) “Mengapa kau lihat

aku. Apa yang kalian pikir aku tak

mengerti apa yang kalian pikir.”

Ibu

: “Kau gemetar, Pak. Sampai-sampai

mejanya ikut gemetar.”

Pause

Ayah

: “Mengapa aku dipandang juga. Aku

tak tahu melihat matamu.”

(

-Pause lebih panjang-

)

(

hampir menangis

) “Aku pernah

bunuh orang sekali ... sekali dalam

perkelahian. Ya, Tuhan, ... aku

... tidak. (

Mereka berpandangan,

berdiri diam

.) Aku harus berpikir

56

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Latihan 1

... bilang apa-apa ... besok ...”Gadis:

“Sekarang.”

Ayah:

: “Dia tamu kita.”

Ibu

: “Dia maling.”

Diam sejenak, Gadis pasang

lampu.

Ibu

: (

dengan suara rendah dan cepat

)

“Dia tidur. Cuma sela kali. Ia tidak

akan melawan. Kami akan pegang

dia. Tak ada orang yang tahu. Kita

harus dapatkan uang itu .... Kau

pengecut.”

Sementara itu Ayah ambil pisau yang terselip di

dinding, ambil lampu dari tangan Gadis dengan tak

sadar. Dan maju beberapa langkah menuju kamar

orang asing. Kedua wanita itu mengikutinya.

Ayah

: “Aku tak bisa. (

maju beberapa

langkah menengok ke belakang

) Kau

kotor. Tunggu di sini. Kau tak boleh

sentuh dia. Aku akan bereskan.”

(

cepat masuk kamar tamu

)

Gadis berdiri dekat pintu kamar orang asing. Ibu

kembali ke dapur. Hening sejenak. Ada suara

terdengar tak terang, pelan-pelan Gadis melangkah

dekati pintu. Mendadak Ayah menaruh lampu di meja.

Duduk lemas pada meja, gemetar. Ibu mendekat,

pause. Ayah menggeleng.

Gadis

: “Pisaunya bersih.”

Ibu

: ”Sudah beres?”

Ayah

: “Aku ... (

meringkus

) Tidak.

Aku rasa mau muntah. Aku tak

bisa. Aku tak jadi masuk. Aku

bekerja sehari-harian. Aku jadi

sakit.“ (

batuk dan menggerakkan

lehernya

)

Ibu : “Mesti!”

Ayah

: “Aku tak bisa ... seperti ini. Tuak.

Aku perlu tuak.”

Ibu

: “Sudah habis diminumnya. Mesti

kau melakukannya.”

Ayah terhuyung-huyung ke dinding belakang dan

mengenakan baju

.

Ayah : (

merogoh kantungnya

) “Aku ke

warung dulu beli tuak. Aku ada

duit sedikit. Aku mesti minum tuak,

kalau tidak, tak bisa aku kerjakan

itu. Aku akan minum sampai

setengah mampus. Ya, Tuhan

(

tegakkan badannya dan bicara

lebih teratur

). Jika aku kembali

nanti lihatlah aku akan siap tikam

siapa saja. Aku sekarang capek dan

sakit. Aku tak bisa bunuh orang

kalau kerongkonganku kering dan

merasa sakit. Aku telah bekerja

sehari suntuk. (

membuka pintu

)

aku akan segera kembali. Aku

bersumpah, akan aku bunuh dia.”

(keluar)

Setelah menyimak pementasan drama “Orang

Asing”, buatlah kelompok kecil di dalam kelas

Anda. Tugas kelompok Anda adalah:

1. Cobalah diskusikan unsur-unsur drama

tersebut!

1) tema

2) latar

3) pelaku dan perwatakan

4) dialog dan perilaku

5) alur cerita

6) kon

fl

ik

7) sudut pandang

8) pesan

2. Ceritakan isi drama di muka kelas sebagai

hasil diskusi Anda!

3. Diskusikan hal-hal berikut ini:

1) bentuk pementasan,

2) dialog/dialek,

3) kostum

4) adat, dan

5)

setting

panggung

57

Bab 4

Peristiwa

4. Buatlah penilaian dengan menggunakan

format berikut ini!

Aspek yang Dianalisis

Hasil analisis

Catatan/

Komentar

1) bentuk pementasan,

2) dialog/dialek

(termasuk teknik vokal)

3) kostum

4) adat, dan

5) setting panggung

Latihan 2

Tontonlah sebuah pementasan drama di gedung

pertunjukkan dan lain-lain, kemudian analisislah

pementasan drama tersebut berdasarkan teknik

pementasannya!

Gunakanlah format analisis seperti pada latihan 1!

B. Membaca Berita

Tujuan Pembelajaran

Pada subbab ini, Anda

akan membacakan berita

dengan intonasi, lafal,

dan sikap membaca yang

baik. Setelah mempelajari

subbab ini, Anda diharap

dapat membacakan

naskah berita dengan

memerhatikan penggunaan

lafal, intonasi, kejelasan

ucapan, tatapan mata, dan

sikap pembaca yang baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, berita merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

hidup kita. Memang demikianlah kenyataannya. Bahkan, kita sering merasakan

kehilangan sesuatu jika suatu pagi atau sore hari tidak mendengar atau membaca

berita, seperti dari surat kabar, majalah, radio, dan/atau televisi. Kita merasa ada

sesuatu yang tidak lengkap jika luput atau terlepas dari berita tentang sesuatu

yang sebenarnya ingin kita ketahui secara aktual (hangat).

Pada bagian ini Anda akan berlatih menjadi seorang pembaca berita. Bacalah

berita berikut di depan kelas! Anggaplah Anda seorang pembaca berita televisi

atau radio. Perhatikan pelafalan, intonasi, kejelasan ucapan, tatapan mata, dan

sikap sebagai seorang pembaca berita yang terampil dan cerdas. Perhatikan pula

vokal, ekspresi, dan penguasaan atas isi berita yang Anda bacakan.

Perhatikan panduan pembacaan berita berikut ini!

(1) Bacalah dengan cermat penggalan berita secara bergiliran di depan kelas!

(2) Aturlah bagian depan kelas seperti studio televisi ketika pembacaan berita

berlangsung! Jika perlu, siapkan property untuk kamerawan!

(3) Para pemirsa (warga belajar yang lain mendengarkan berita dengan serius)

dan mencatat pokok-pokok isi berita tersebut.

(4) Secara bergantian, siswa maju ke depan kelas/podium untuk menyampaikan

secara lisan pokok berita yang didengarnya. Anda dapat menggunakan

catatan pokok-pokok berita yang telah disusun.

58

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Latihan 3

1. Lakukan praktik membaca berita menggunakan

teks berita “Angkot Terguling, 6 Tewas”!

Angkot Terguling, 6 Tewas

BOGOR, (PR),-

Enam orang tewas serta sepuluh orang lainnya

luka berat dan ringan dalam kecelakaan tunggal

yang yang menimpa angkot T-02 jurusan Ciawi-

Cileungsi di jalan tol Jagorawi KM 24, Sabtu

(8/9) pagi. Kecelakaan terjadi persis di depan

Hypermart Belanova Sentul. Angkot yang

membawa 16 penumpang itu terguling setelah ban

kiri belakangnya pecah.

Korban tewas adalah sopir angkot bernama Iman

Bauhari (58) warga Cempaka Putih Jakarta.

Kemudian Suhaemi (31 warga Ciheuleut Bogor,

Mulyadi (37) warga Kebon Kawung Cicurug

Sukabumi, dan Novianto (30) warga Ciawi Bogor.

Dua korban tewas lainnya belum bisa diidenti

fi

kasi

karena tidak ada kartu identitas yang melekat di

tubuh korban.

Korban luka berat yang masih dirawat intensif

tim dokter RS PMI Bogor masing-masing Agus

Wahyudin (32) karyawan PT Timur Jaya Prestasi

Cileungsi, Chepi (23) warga Wangun Bawah

Sindangsari Kota Bogor, Nuryanto (24) warga

Ciawi Tipar Bogor, Komar (36) warga Cidokom

Cisarua, Cece (30) warga Parung Kuda Sukabumi,

Kastomo (35) warga Kampung Gadog Tajur Kota

Bogor, Hesti Karina (23) warga Cikoneng Ciomas

Bogor, Ronald (30) warga Ciawi Bogor. Sedangkan

korban luka ringan langsung diperbolehkan pulang

setelah mendapat perawatan medis.

Angkot F 1967 NF itu melaju kencang begitu

memasuki tol Jagorawi. Sejak berangkat dari

pangkalan di pertigaan Ciawi, ujar beberapa

penumpang yang selamat, sopir angkot langsung

memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Suasana tol yang masih sepi membuat sopir angkot

lebih bernafsu untuk memacu kendaraannya.

Memasuki KM 24, tiba-tiba ban kiri belakang

angkot pecah dan angkot menjadi oleng. Sopir panik

dan berusaha menghentikan laju kendaraannya

dengan membanting setir ke bahu jalan. Sayang,

dalam kecepatan tinggi, upaya pengereman justru

berakibat fatal. Angkot malah terguling beberapa

kali dan baru berhenti setelah menabrak pagar

pembatas kawasan tol dengan permukiman.

Korban selamat yang ditemui di RS PMI

Bogor menyebutkan, sejak awal sopir memang

memacu kendaraan di atas normal. Beberapa

penumpang yang umumnya pekerja pabrik

sudah memperingatkan sopir agar mengurangi

kecepatan kendaraannya. Namun, sang sopir

tidak menghiraukannya.

“Saat diperingati, sopir malah seperti

nyapelekeun

penumpang. Padahal kita melihat kondisi mobil

seperti kelebihan muatan,” tutur Agus Wahyudin

saat ditemui di UGD RS PMI Bogor.

Petugas Unit Laka Jalan Tol Jagorawi, Bripka

Helmi menyebutkan kecelakaan itu murni

akibat pecah ban. Sopir panik saat berupaya

menghentikan laju kendaraan mengingat

kecepatan mobil saat itu diperkirakan 120 km

/ jam.

“Karena kecepatan tinggi dan kepanikan sopir

juga menjadi penyebab mobil sampai terguling.

Pengakuan korban yang dirawat di UGD

memang menyatakan bahwa sopir memacu

mobil dalam kecepatan tinggi. Kami sekarang

fokus pada perawatan penumpang yang selamat.

Semua keluarga korban sudah diberi tahu.

Pengusutan kasus ini tidak dilanjutkan karena

sopir angkot tewas dalam kecelakaan ini,” tutur

Helmi. (A-104)-

***

(

Dikutip dari Harian Pikiran Rakyat, 9

September 2007; 1

)

59

Bab 4

Peristiwa

2. Buatlah catatan mengenai penampilan teman

Anda ketika membacakan berita. Perhatikan

(1) penguasaan isi berita, (2) vokal, dan (3)

ekspresi. Buatlah format penilaian seperti

contoh format di bawah berita berikut ini!

Lembar Penilaian Pembacaan Berita

Nama Siswa : ............................

No

Aspek yang Dinilai

Skor yang

diperoleh

1

Kecepatan

2

Kejelasan vokal/keterpahaman

3

Kelancaran atau keseringan

melakukan regresi (membaca

ulang)

Catatan: skala nilai antara 10—100

----------------,----------------

Penilai,

_____________________

4

Intonasi dan tekanan

5

Irama

6

Kejelasan lafal dan kefasihan

7

Ekspresi wajah

8

Sikap tubuh/penampilan

9

Perhatian terhadap pemirsa/

pendengar

Jumlah Skor

C. Melengkapi Karya Tulis dengan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki

Tujuan Pembelajaran

Pada subbab ini, Anda

akan melengkapi karya

tulis dengan daftar pustaka

dan catatan kaki. Setelah

mempelajari subbab

ini, Anda diharap dapat

menyusun karya tulis,

melengkapi karya tulis

dengan daftar pustaka dan

catatan kaki sesuai dengan

pedoman yang berlaku, dan

memperbaiki pemakaian

tanda baca dan ejaan dalam

tulisan orang lain.

1.

Pengertian karya tulis ilmiah

Secara umum, suatu karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang

dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya secara ilmiah. Karya ilmiah dapat dikomunikasikan secara tertulis

dalam bentuk karangan atau tulisan ilmiah, dapat pula disampaikan secara

lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, dan dapat melalui suatu bentuk

demonstrasi. Dalam buku ini, pengertian karya ilmiah lebih banyak ditekankan

dan difokuskan pada karya ilmiah tertulis dalam bentuk karangan atau tulisan

ilmiah. Dengan demikian, karangan atau tulisan ilmiah adalah semua bentuk

karangan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya

(sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain-

lain).

Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta

sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu

sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah

menyampaikan seperangkat keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas,

ringkas, dan jelas (ABC = accurate, brief, clear). Kendatipun demikian, melalui

kreativitas dan daya ungkap penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian

rupa agar menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.

Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta

pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan

mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik

teoretik maupun empirik. Karya ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran

ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan

yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir (paradigma,

meminjam istilah Thomas Kuhn), dalam mengumpulkan informasi-informasi

secara empirik.

60

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel lmiah populer

(esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam bentuk khusus

yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan

disertasi, yang masing-masing digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk

mencapai gelar sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).

Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang bersifat faktual

(mengemukakan fakta), hipotesis (dugaan-dugaan), konklusif (mengemukakan

kesimpulan), dan implementatif (mengemukakan rekomendasi atau saran-saran

serta solusi). Suatu karya ilmiah yang lebih komprehensif akan mengandung

semua jenis keterangan atau informasi tersebut.

Suatu karya ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah.

Adapun pola berpikir yang digunakan dalam menghasilkan suatu karya ilmiah

adalah pola berpikir re

fl

ektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan

mengadakan re

fl

eksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan

kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir

induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir re

fl

ektif.

Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir re

fl

ektif, yaitu:

(1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu hambatan dalam

pengalaman, (2) penempatan masalah atau kesulitan itu pada proporsi yang

sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan tersebut, (3) timbulnya saran-

saran berupa kemungkinan pemecahan masalah atau kesulitan dalam bentuk

rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara, (4) mengadakan persiapan-

persiapan mental terhadap masalah dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan

informasi empirik, dan (5) mengadakan observasi atau penelaahan lebih lanjut

untuk menetapkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan

informasi yang diperoleh.

Dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah (

academic writing

) ini, T.L. Kelley

menambahkan satu langkah lagi yaitu memberikan penilaian dan analisis terhadap

penerimaan dan pemecahan masalah baru tersebut untuk dipergunakan dalam

kebutuhan pemecahan masalah yang akan datang.

Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir re

fl

ektif sangat diperlukan untuk

mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek

yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah ini. Pertama,

perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya ilmiah diperlukan adanya

kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami

secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan bahasa teknis

ilmiah baik secara verbal maupun nonverbal, misalnya, dengan simbol-simbol,

model, bagan, tabel, gra

fi

k, dan lain-lain.

Cara memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan: (1) memberikan nama

atau simbol terhadap pokok-pokok pikiran yang akan dijelaskan, (2) penjelasan

secara historis, yaitu penjelasan suatu pikiran dengan jalan menghubungkan pada

kenyataan sebelumnya secara logis, dan (3) penjelasan dengan korelasi empirik,

yaitu memberikan penjelasan suatu pikiran dengan menghubungkan dengan

pikiran lain yang terjadi bersamaan secara logis. Dilihat dari sifatnya, penjelasan

ilmiah dapat berupa penjelasan deskriptif, induktif, atau deduktif.

61

Bab 4

Peristiwa

Kedua, pengertian atau de

fi

nisi operasional – dalam kegiatan ilmiah, termasuk

penulisan karangan ilmiah, setiap pengertian yang terkandung di dalamnya

hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi kesamaan persepsi, pandangan,

visi, dan penafsiran penulis dan pembaca. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang

jelas dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan

pengertiannya secara eksplisit. Membuat dan merumuskan pengertian operasional

dapat dilakukan dengan membuat de

fi

nisi atau sinonim dari hal-hal yang akan

dijelaskan. Di samping itu, pengertian operasional dapat dibuat dengan cara

mendeskripsikan secara jelas baik segi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang

dapat diidenti

fi

kasi.

Ketiga, berpikir kuantitatif – untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian

pikiran atau keterangan, diperlukan adanya proses kuanti

fi

kasi informasi yang

diperoleh. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung (argumen)

terhadap segala pikiran, pendapat, gagasan, pernyataan, dan ungkapan yang akan

dikemukakan.

Dapat dinyatakan bahwa secara epistemologis semua ikhtiar keilmuan ditujukan

untuk mencari kebenaran ilmiah (

scienti

fi

c truth

). Akan tetapi, apakah kebenaran

ilmiah itu? Banyak pandangan filsafat diajukan, dan tidak akan dibahas

secara mendetail di sini. Apakah jalan menuju kebenaran ilmiah itu harus

selalu dilakukan melalui apa yang disebut metode ilmiah, seperti yang secara

konvensional dipahami selama ini?

Dalam buku-buku pengantar atau metode penelitian yang banyak beredar

sekarang, dikemukakan bahwa metode ilmiah adalah penerapan metode dan

prinsip-prinsip sains, yakni sistematis dan eksak. Data dikumpulkan secara

objektif, hipotesis dirumuskan dan diuji secara empiris atau eksperimental.

Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip pengujian teori-teori melalui

pendekatan hipotesis-deduktif yang berlaku umum, sehingga memiliki tingkat

generalitas yang tinggi. Akan tetapi, apakah cara seperti itu akan selalu mengantar

kita pada kebenaran ilmiah?

Jika demikian, apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah adalah cara yang

ditempuh oleh ilmuwan untuk sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam menempuh

cara ini, dia dapat menggunakan kreativitas dan imajinasinya tanpa harus selalu

terikat kepada langkah-langkah yang baku sebab realitas dan relung-relung

keilmuan itu amat beragam. Yang penting adalah kita tidak serampangan tetapi

berpegang teguh pada disciplined inquiry, yaitu ketat

(rigorous)

dan peduli akan

kemungkinan terjadinya kekeliruan

(concern for error).

Tidak benar bahwa metode ilmiah yang satu lebih unggul dari metode ilmiah

yang lain tanpa meletakkan dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, tidak

ada keharusan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh ilmu

tertentu, misalnya, ilmu-ilmu sosial selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan

dalam ilmu-ilmu alam (sains), demikian pula sebaliknya. Mitos seperti ini harus

disingkirkan, sebab kalau tidak akan menghambat kreativitas, imajinasi, dan rasa

percaya diri penulis dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar keilmuan yang spektrumnya

seluas proses berpikir, kreativitas, dan imajinasi manusia.

62

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya memiliki pola atau struktur dalam yang

sama, yaitu dimulai dengan pendahuluan, kemudian analisis dan pembahasan atau

tubuh karangan, dan diakhiri dengan kesimpulan atau penutup. Selain itu, yang

tidak boleh dilupakan adalah penulisan pustaka acuan atau rujuan yang dirujuk

dalam tulisan ilmiah. Bentuk rincian pola dasar tersebut sangat berkaitan dengan

sifat dan bentuk atau jenis karya ilmiah itu sendiri.

2. Jenis karya tulis ilmiah

Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas:

(1) laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6)

disertasi.

1. Laporan

Laporan adalah karangan yang dibuat setelah seseorang melakukan eksperimen,

peninjauan atau survei, observasi, pembacaan dan penelaahan buku, penelitian,

dan lain-lain. Informasi yang disampaikan dalam laporan bisa bermacam-macam.

Isinya bisa berupa hasil pengkajian atau analisis suatu masalah yang berkembang

di masyarakat atau mengemukakan serta menemukan hasil penelitian.

Laporan penelitian adalah karangan yang dibuat setelah seseorang atau

sekelompok orang melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan tersebut

antara lain: penelitian survei, penelitian expost facto, penelitian eksperimen,

penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian analisis makna (

content

analysis

), penelitian tindakan (

action research

), penelitian historis, penelitian

kebijakan, dan penelitian analisis data sekunder.

Secara konvensional, laporan penelitian disusun dengan mengikuti pola atau

sistematika sebagai berikut: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian,

hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran atau rekomendasi.

Pada bagian pendahuluan laporan hendaknya dikemukakan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/kontribusi penelitian,

dan de

fi

nisi operasional. Pada kajian pustaka berisi kajian teoretik, kerangka

berpikir, dan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Pada metode penelitian

hendaknya dikemukakan rancangan/desain penelitian, wilayah generalisasi,

subjek penelitian, populasi dan sampel, cara/prosedur/pendekatan/teknik

pengumpulan data, dan analisis data. Pada bagian hasil penelitian dan pembahasan

hendaknya dikemukakan deskripsi tentang lokasi penelitian dan subjek penelitian,

analisis deskriptif data penelitian yang telah dikumpulkan, pelaksanaan pengujian

hipotesis atau uraian yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan

penelitian (jika ada), interpretasi terhadap hasil penelitian, dan pembahasan

terhadap hasil penelitian dalam hubungannya dengan teori-teori yang relevan

atau hasil penelitian lain yang sejenis dan relevan. Pada kesimpulan atau penutup

hendaknya dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, keterbatasan,

implikasi, dan saran atau rekomendasi.

2. Makalah

Makalah sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya tulis yang

memerlukan studi baik secara langsung, misalnya, observasi lapangan ataupun

secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera, 1982: 25). Makalah ilmiah

dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, simposium,

63

Bab 4

Peristiwa

konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan sebagainya). Apabila suatu makalah

ilmiah akan dimuat dalam majalah atau jurnal ilmiah sebagai suatu artikel jurnal,

maka penulis perlu menyesuaikan baik isi maupun teknik penulisannya dengan

ketentuan-ketentuan redaksi majalah/jurnal yang bersangkutan, atau dalam bahasa

jurnal dikenal dengan gaya selingkung (inhouse style).

Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul, (2)

abstrak, (3) pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar

pustaka. Makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan

istilah term paper, biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas

tertulis dalam suatu matakuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan

tentang isu-isu atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat.

Judul karangan merupakan semacam tanda pengenal karangan dan sekaligus

juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus

dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta

permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya

judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi judul

harus berbentuk kata yang singkat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang,

Keraf (1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat

kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga

dapat dipecah menjadi judul utama dan anak judul.

Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara

naratif, dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar

150–200 kata.

Pendahuluan makalah berisi latar belakang masalah yang disusun dalam alur

pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan

situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein).

Dalam pembahasan makalah, hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek

studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Secara umum, kesimpulan

berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas

semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.

Daftar pustaka hanya memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam penulisan

dan disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama. Buku dan

majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya ke kanan. Untuk buku, teknik

penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis, tahun terbit, judul buku,

jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama penerbitnya.

Contoh

Rifai, Mien A. (1997). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan

Karya Ilmiah Indonesia. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama penulis,

tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan singkatan resminya,

nomor penerbitan dan halaman.

64

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Berikut ini dikemukakan pedoman penulisan artikel/makalah yang akan

dipublikasikan pada Jurnal Pendidikan Terakreditas “Mimbar Pendidikan”

Universitas Pendidikan Indonesia.

1. Artikel merupakan karya ilmiah yang belum pernah dimuat di media lain.

2. Artikel diketik dengan 1,5 spasi pada kertas kuarto, jumlah panjang tulisan

maksimal 10–12 halaman termasuk daftar pustaka, dilengkapi abstrak

maksimal 150–200 kata dan harus/wajib dilengkapi kata-kata KUNCI.

3. Artikel diketik dengan menggunakan Program MS atau WP, dan penulis

menyerahkan disketnya dan

hard-copy-

nya sebanyak 2 (dua) eksemplar

untuk bahan editing.

4. Artikel yang diserahkan meliputi tulisan kajian bidang pendidikan,

berdasarkan: hasil penelitian, dan pemikiran teoretik &

fi

loso

fi

s, hasil seminar,

dan resensi buku yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan.

5. Artikel dari hasil penelitian, wajib menuliskan/memuat: judul, nama lengkap

penulis disertai gelar akademik, institusi penulis secara lengkap, abstrak,

latar belakang masalah teori/tinjauan pustaka, masalah/pertanyaan penelitian,

metodologi, analisis data, temuan penelitian/studi, implikasi dan diskusi,

daftar pustaka (lihat contoh artikel yang telah dimuat di Mimbar Pendidikan

edisi tahun 2002).

6. Artikel umum, wajib menuliskan/memuat: judul, nama penulis secara

lengkap disertai gelar akademik, institusi penulis secara lengkap, abstrak,

pendahuluan, subjudul-subjudul (sesuai dengan kebutuhan), penutup

(kesimpulan dan saran), daftar pustaka yang diacu dalam tulisan.

7. Artikel hendaknya memerhatikan kaidah ejaan dan tata bahasa sesuai

dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,

serta menggunakan bahasa ilmiah-populer yang “cair”.

8. Cara mengutip hendaknya menurut “model Harvard” atau Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia, contoh: Luthans (1997: 13)

menyatakan “.............................................................”.

9. Penulisan Daftar Pustaka harus menggunakan sistem yang telah ditentukan

dalam aturan penulisan karya ilmiah.

10. Artikel yang diterima Redaksi akan direviu/disunting oleh tim ahli dalam

bidangnya untuk menentukan kelayakan artikel tersebut.

11. Pengiriman artikel harus disertai biodata singkat penulis; termasuk alamat

lengkap baik rumah maupun tempat bekerja, nomor telepon, fax atau e-mail

bila ada, dan dibuat dalam lembar tersendiri.

12. Artikel yang dikirimkan bila tidak dimuat tidak akan dikembalikan. Bagi

artikel yang diterbitkan, penulis akan diberikan 2 eksemplar sebagai tanda

bukti pemuatan.

13. Pengiriman artikel yang belum mengindahkan pedoman di atas dengan

mohon maaf tidak akan kami pertimbangkan untuk dimuat.

Contoh

Kurniawan, Khaerudin (2003). “Transformasi Perguruan Tinggi Menuju

Indonesia Baru”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan

Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Maret 2003 Tahun

ke-9, No. 041, hal. 159-173.

65

Bab 4

Peristiwa

14. Alamat pe

ngiriman artikel: Gedung Alumni UPI, Jl. Dr.Setiabudhi 229

(Kampus UPI) di Bandung 40154 fax. (022) 2013651, E-mail: inter@proxy.

ikip-bdg.ac.id.

15. Pengir

im/penulis artikel wajib berlangganan terlebih dahulu minimal 1

(satu) tahun dengan kontribusi biaya cetak dengan ongkos kirim sebesar Rp

150.000,00 untuk staf pengajar UPI, dan Rp 250.000,00 untuk luar UPI. Uang

langganan dibayarkan ketika artikel anda dinyatakan akan diterbitkan.

Bandung, 31 Desember 2006

Ketua Penyunting

Adapun persyaratan naskah/tulisan yang akan dipublikasikan pada

Jurnal

Manajemen Indonesia

, Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis Telkom Bandung

adalah sebagai berikut:

1. Artikel merupakan/diangkat dari hasil penelitian atau yang setara dengan

hasil penelitian (ada temuan) di bidang manajemen.

2. Artikel ditulis dengan bahasa Inggris/Indonesia sepanjang 20 halaman kuarto

spasi Single, dilengkapi dengan abstrak (50-75 kata) dan kata-kata kunci.

Biodata singkat penulis dan “identitas penelitian” dicantumkan sebagai

catatan kaki pada halaman pertama naskah. Artikel dikirimkan dalam disket

dengan program Microsoft Word.

3. Artikel (hasil penelitian) memuat:

• Judul

• Nama Penulis

• Abstrak dalam bahasa Inggris

• Kata-kata kunci

• Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan sedikit

tinjauan pustaka, dan masalah/tujuan penelitian)

• Metode

• Hasil

• Pembahasan

• Kesimpulan dan Saran

• Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)

2. Artikel (setara hasil penelitian) memuat:

• Judul

• Nama Penulis

• Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

• Kata-kata kunci

• Pendahuluan (tanpa subjudul)

• Subjudul

• Subjudul sesuai dengan kebutuhan

• Subjudul

• Penutup (atau Kesimpulan dan Saran)

• Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)

3. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib

menjadi pelanggan minimal selama satu tahun

66

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

4. Artikel dan/atau disketnya dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum

bulan penerbitan kepada:

JURNAL MANAJEMEN INDONESIA

d.a. Sekolah Tinggi Manajemen Bisnis Telkom,

Kompleks Divlat PT Telkom

Jl. Gegerkalong Hilir No. 47 Bandung 40152

Tlp. (022) 2011388 Fax. (022) 2011387

E-Mail: [email protected]

Homepage: www.stmb.ac.id

5. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara

tertulis. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat imbalan berupa

nomor pemuatan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat

tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Latihan 4

1. Buatlah karya tulis ilmiah tentang hal-hal yang

menarik dan aktual yang terdapat di lingkungan

sekitar Anda! Kemudian, bandingkanlah karya

tulis Anda dengan karya tulis teman! Adakah

persamaan dan perbedaannya? Dalam hal apa

saja persamaan dan perbedaan itu terlihat?

Jelaskan dengan bukti pendukungnya!

2. Untuk menegaskan argumen yang Anda

gunakan dalam karya tulis tersebut, buatlah

daftar pustaka dan catatan kaki sebagai rujukan!

Gunakanlah daftar pustaka dan catatan kaki itu

dengan benar dalam tulisan!

Review (Rangkuman)

1. Pembaca berita harus memerhatikan pelafalan,

intonasi, kejelasan ucapan, tatapan mata, dan

sikap yang terampil dan cerdas.

2. Karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil

karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah

tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya secara ilmiah.

3. Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat

berbentuk artikel lmiah populer (esei, opini),

usulan penelitian, dan laporan penelitian.

Dalam bentuk khusus yang bersifat akademik,

karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi,

tesis, dan disertasi, yang masing-masing

digunakan sebagai salah satu persyaratan

untuk mencapai gelar sarjana (S1), magister

(S2), dan doktor (S3).

4. Daftar pustaka hanya memuat pustaka atau

rujukan yang diacu dalam penulisan dan

disusun ke bawah menurut abjad nama akhir

penulis pertama. Buku dan majalah tidak

dibedakan, kecuali penyusunannya ke kanan.

Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka

sebagai berikut: nama penulis, tahun terbit,

judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama

kota, dan nama penerbitnya.

3. Periksalah karangan Anda dengan cara koreksi

silang antarteman! Apakah cara penulisan

daftar pustaka dan catatan kaki sudah benar

atau belum? Mintalah bantuan tutor atau

instruktur untuk memperbaikinya!

4. Diskusikanlah hasil pekerjaan kelompok Anda

dalam forum kelas untuk mendapat komentar

dari teman-teman! Bahaslah secara bersama-

sama untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik!

67

Bab 4

Peristiwa

Refleksi Bagi Peserta Didik

Pada bab ini Anda belajar menganalisis pementasan

drama, membaca berita, dan melengkapi karya tulis

dengan daftar pustaka dan catatan harian.

Apakah Anda sudah mampu menganalisis pementasan

drama? Apakah Anda sudah mampu membaca berita?

Apakah Anda sudah mampu melengkapi karya tulis

dengan daftar pustaka dan catatan harian?

E

valuasi

A

khir

Bab 4

A. Baca dan hayatilah karakter tokoh dalam drama berikut ini!

Bapak

Karya: B. Soelarto

Bagimu, kemerdekaan bumi pusaka

Drama ini terjadi pada tanggal 19 Januari

1949, sebulan sesudah tentara kolonial Belanda

melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan

merebut ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta.

Tentara kolonial telah pula siap siaga untuk

melancarkan serangan kilat hendak merebut sebuah

kota strategis yang hanya dipertahankan oleh satu

batalion Tentara Nasional Indonesia. Di kota itulah

si Bapak dikagetkan kedatangan putra sulungnya

yang mendadak muncul setelah bertahun-tahun

merantau tanpa kabar berita. Si Sulung telah kembali

pulang dengan membawa sebuah usul yang amat

mengagetkan si Bapak. Waktu itu seputar pukul

10.00, si Bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir

mudik dengan membawa beban persoalan yang

terus-menerus merongrong pikirannya.

Bapak : ”Dia, putra sulungku. Si Anak hilang

yang telah kembali pulang. Dan sebuah

usul diajukan; segera mengungsi ke

daerah pendudukan yang serba aman

tenteram. Hem ya, ya, usulnya dapat

kumengerti. Karena ia sudah terbiasa

bertahun merantau hidup di sana.

Dalam sangkar. Jauh dari deru prahara.

Bertahun mata hatinya digelap-butakan

oleh nina-bobok, leha-leha si penjajah.

Bertahun semangatnya dijinakkan oleh

suap roti-keju. Celaka, oo, betapa celaka

nian.”

Si bungsu datang sambil tersenyum.

Bungsu : ”Ah, Bapak

rupanya lagi ngomong

seorang diri.”

Bapak : “Ya, anakku terkadang orang lebih

suka ngomong pada diri sendiri. Tapi,

bukankah kau bersama abangmu?

Bungsu : “Ya, sehari k

ami tamasya mengitari

seluruh penjuru kota. Sayang sekali, kami

tidak berhasil menjumpai Mas ....”

Bapak : ”Tunanganmu?”

Bungsu : ”Ah, dia s

elalu sibuk dengan urusdan

kemiliteran melulu. Bahkan ketika kami

mendatangi asramanya, ia tak ada. Kata

mereka, ia sedang rapat dinas. Heheh,

seolah-olah seluruh hidupnya tersita

untuk urusan-urusan militer saja.”

Bapak : “Kita sedang dalam keadaan darurat

perang, Nak. Dan dalam keadaan begini

seorang prajurit kepentingan negara ada di

atas segala. Bukan saja seluruh waktunya,

bahkan juga jiwa raganya. Tapi, eh, mana

abangmu sekarang?”

Bungsu : ”Oo,

rupanya dia begitu rindu pada

bumi kelahirannya, seluruh penjuru

kota diprotesi semua. Tapi kurasa abang

akan segera tiba. Dan sudahkah Bapak

menjawab usul yang diajukannya itu?”

Bapak : “Itulah, itulah yang hendak kuputuskan

sekarang ini, Nak.”

Bungsu : ”Nah, itulah dia!”

Si Sulung datang dengan mencangklong

pesawat potret, mengenakan kaca mata

hitam. Terus duduk melepas kaca mata,

dan meletakkan pesawat potret di meja

68

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Sulung : “H

uhuh, kota tercintaku ini rupanya

sudah berubah wajah. Dipenuhi penghuni

baju seragam menyandang senapan.

Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan

wajahnya kini menjadi garang berhiaskan

laras-laras senapan mesin. Tapi di atas

segalanya, kota tercintaku ini masih tetap

memperlihatkan kejelitaannya.”

Bapak : “Begitulah, Nak, suasana kota yang sedang

dicekam keadaan darurat perang.”

Sulung : “Ya, pertanda akan h

ilang keamanan,

berganti huru-hara keonaran. Dan,

mumpung masih nkeburu waktu,

bagaimana usulan Bapak atas usulku

itu?”

Bapak : “Menyesal sekali, Nak ....”

Sulung : ”Bapak menjawab dengan penolakan,

bukan?”

Bapak : ”Ya.”

Bungsu : ” Jawaban Bapak sangat bijaksana.”

Sulung : ”Bijaksana!?! Ya, kau benar manisku.

Seetidak-tidaknya demikianlah

anggapanmu, karena bukankah secara

kebetulan tunanganmu adalah seorang

perwira TNI di sini. Tapi, maaf, bukan

maksudku menyindirmu, adik sayang.”

Bungsu : ”Ah, tidak mengapa. Kau hanya sedang

keletihan. Mengasolah dulu, ya, Abang.

Mengasolah, kau begitu capek nampaknya.

Bapak, biar aku pergi belanja dulu untuk

hidangan makan siang nanti.”

Si Bungsu pergi. Si Sulung mengantar

dengan senyum.

Bapak : “Nak, pertimbangan bukanlah karena

masa depan adikmu seorang. Juga karena

masa depan sisa usiaku.”

Sulung : ” Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah

pusaka ini barangkali ya, Bapak!”

Bapak : “Sesungguhnyalah, Nak, lebih karena

itu.”

Sulung : “Oo ya?!? Apa itu ya, Bapak?”

Bapak : ”Kemerdekaan.”

Sulung : ”Kemerdekaan!?! Kemerdekaan siapa?”

Bapak : ”Bangsa dan bumi pusaka.”

Si Sulung kecewa.

Sulung : ”Bapak yang baik. Berta

hun sudah

aku hidup di daerah pendudukan sana

bersama beribu bangsa awak tercinta.

Dan aku seperti juga mereka, tidak

pernah merasa jadi budak belian ataupun

tawanan perang.Ketahuilah ya, Bapak,

di sana kami hidup merdeka.”

Bapak : ”Bebaskah kau menuntut

kemerdekaan?”

Sulung : ”Hoho, apa yang musti dituntut! Kami

di sana manusia-manusia merdeka.”

Bapak : “Bagaimana kemerdekaan menurut kau,

Nak?”

Sulung : ”Hem. Di sana kami punya wali negara,

bangsa awak. Di sana segala lapangan

kerja terbuka lebar-lebar bagi bangsa

awak. Di sana, bagian terbesar tentara,

polisi, dan alat negara bangsa awak.

Di atas segalanya, kami di sana hidup

dalam damai. Rukun berdampingan

antara si Putih dan bangsa awak ....”

Bapak : ”Dan di atas segalanya pula, di sana

si Putih menjadi yang dipertuan.

Dan sebuah bendera asing menjadi

lambang kedaulatan, lambang kuasa,

penjajahan. Dapatkah itu kau artikan

suatu kemerdekaan?”

Sulung : ”Ah, Bapak berpikir secara po

litis.

Selalu merupakan buah politik.”

Sulung : “Baik, baik. Tapi ya, Bapak, kita bukan

politisi.”

Bapak : “Nak, setiap patriot pada hakikatnya

adalah seorang politikus jua. Kendati

tidak harus berarti menjadi seorang

diplomat, seorang negarawan. Dan,

justru kesadaran dan pengertian

polkitiknya itulah, seorang patriot akan

senantiasa membangkang terehadap tiap

politik penjajahan. Betapapun manis

bentuk lahirnya. Renungkanlah itu,

Nak. Dan marilah kuambil contoh masa

lalu. Bukankah semasa kita masih hidup

dalam alam Hindia-Belanda, kita hidup

serba kecukupan dalam sandang pangan,

kesejahteraan hidup keluarga dalam

suasana aman tenteram dan masa pensiun

yang enak, sudah dengan sendirinya

berarti hidup dalam kemerdekaan? Tidak

anakku! Kemerdekaan tidak ditentukan

69

Bab 4

Peristiwa

oleh semuanya itu. Kemerdekaan

ialah soal harga diri kebangsaan, soal

kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan

oleh kenyataan, apakah suatu bangsa

yang menjadi yang dipertuan, mutlak

atas bumi pusakanya sendiri atau tidak.

Ya anakku, renungkanlah kebenaran

ucapanku ini. Renungkanlah ....”

Sulung : ” Menyesal ya, Bapak.

Rupanya kita

berbeda kutub dalam tafsir makna ....”

Bapak : “Namun kau, Nak, kau wajib

merenungkannya. Sebab aku yakin kau

akan mampu menemukan titik simpul

kebenaran ucapanku ini.”

...................................................................................

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan tepat dan jelas!

1. Analisilah drama tersebut berdasarkan unsur-unsurnya:

1) tema

2) latar

3) pelaku dan perwatakan

4) dialog dan perilaku

5) alur cerita

6) kon

fl

ik

7) sudut pandang

8) pesan

2. Tulislah kesimpulan isi drama tersebut!

3. Apabila Anda mementaskan drama di atas, paparkanlah bagaimana hal-hal

berikut:

1) bentuk pementasan,

2) dialog/dialek,

3) kostum

4) adat, dan

5) setting panggung

B. Jawablah Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan

jelas!

1. Jelaskanlah teknik-teknik membaca berita yang baik!

2. Dari hasil wawancara di lapangan, penulis menemukan banyak golongan

tua (orang tua, kaum pendidik, pejabat kelurahan, dan para pemuka

masyarakat) yang berpendapat bahwa sebenarnya pelajar mempunyai

peranan yang besar dalam pembangunan masyarakat terutama

pembangunan lingkungan kelurahan. Namun, pembangunan tersebut

makin kecil sehingga saat ini tidak terlihat peranan dan pengaruhnya.

Bagian apakah kutipan tersebut pada karya tulis?

70

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

3. Buatlah daftar pustaka dari data buku berikut ini!

a. Judul buku :

Transisi Menuju Indonesia Baru

Penulis : Sjahrir

Penerbit : Buku Obor, Jakarta

Terbit : September, 2004

Tebal

:

x + 369 halaman

b. Judul

:

Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktik)

Penulis : Dr.Abdullah Idi, M.Ed.

Penerbit : Ar-Ruzz Media, Yogyakarta

Terbit : Januari 2007

Tebal : 306 halaman

c. Judul : Perantau

Penulis : Gus tf Sakai

Penerbit

:

PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Terbit : cetakan pertama, Maret 2007

Tebal : 130 halaman